Berita Radar Madura Hari Ini

By | Maret 6, 2024
|

Berita Radar Madura Hari Ini – Untuk melihat artikel berita tentang sejarah Diploma Moh. Azhari, mantan siswa Madrasah Aliyah 2 Anukayah, Guluk-Guluk, Sumenep, gagal bertemu Brigjen Brimob dan Dalmas dengan Polres Sumenep pada Juni hingga Juli 2012, saya prihatin. Saya prihatin dengan kualitas pemberitaan media, yang sebagian di antaranya tidak jujur.

Kisah semakin mengenaskan ketika ribuan santri Pondok Pesantren Anuqayyah dan sejumlah pesantren lainnya di Sumenep turun ke jalan pada Selasa, 17 Juli 2012. Banyak media lokal yang mengecilkan pemberitaan tersebut. Namun sayangnya, beberapa media masih jauh dari api.

Berita Radar Madura Hari Ini

Berita Radar Madura Hari Ini

Headline Metro TV Selasa 17 Juli 2012 pukul 16.00 WIB memuat 3 kesalahan pertama saat memberitakan aksi di jalanan Sumenep. Awalnya, dikabarkan ada ratusan pengunjuk rasa di festival tersebut. Kedua, kekerasan terjadi di Mapolres Sumenep. Ketiga, kerusuhan terjadi karena polisi menghalangi masyarakat masuk ke Mapolres Sumenep. Pembaca berita acara tersebut, Ralph Tampubolon, tampak mengenakan jas, dasi, dan topi. Di saku jasnya, ada saputangan yang tersimpan. Bagi mereka yang tidak tahu persis apa yang terjadi dalam ayat tersebut, ketiga hal yang sama sekali tidak berdasar ini akan dianggap benar. Selain itu, Ralph Tampubolon membaca artikel berita tersebut dengan meyakinkan. Bahkan ribuan orang ikut serta dalam aksi jalanan ini. Saya pribadi belum mengetahui secara pasti jumlah peserta acara ini karena saya tidak menghadiri acara tersebut. Namun beberapa sumber menyebutkan jumlahnya sekitar 1.500. Bahkan, ada yang mengatakan mungkin jumlahnya mencapai 3.000 orang. Sumber saya mungkin tidak memiliki landasan teori untuk analisis kuantitatif. Namun jika melihat foto-foto aksi yang diambil, ratusan angka tersebut jauh dari kebenaran. Kedua, tidak terjadi kerusuhan di Mapolres Sumenep. Peristiwa itu terjadi 1,5 kilometer dari Mapolres di Kantor DEP Sumenep. Gedung DPRD Sumenep terpisah dari Mabes Polri. Terdapat patung kuda terbang di kompleks DPRD dan tidak ada patung yang diambil dari lambang Daerah Sumenep di Mapolres. Ketiga, penyebab kebingungan tersebut tidak jelas. K.A. Dardiri Zubeiri, jurnalis terbitan warga Kota Sumenep, dalam laporannya melaporkan, Wakapolri tiba-tiba dibawa paksa saat hendak dibawa ke Guluk Guluk. oleh banyak orang. Pejabat tinggi. Meski sebelumnya Wakapolri sempat mengutarakan keinginannya untuk berbicara terbuka. Pada titik inilah kebanyakan orang merasa ditipu. Ada juga saksi mata yang melihat polisi memukuli beberapa pengunjuk rasa. Saya bertanya kepada beberapa sumber hebat lainnya tentang peristiwa penting ini. Dan mereka menekankan kebenaran yang sama. Karena itu semua, saya jadi khawatir dan bertanya-tanya: Dari mana datangnya berita-berita Metro TV yang tentu saja tidak relevan jika dikatakan sejujurnya? Aksi Selasa 17 Juli ini menarik perhatian karena banyaknya massa. SCTV merupakan stasiun televisi lain yang menayangkan berita tersebut. Namun sayang, rangkaian peristiwa yang digambarkan dalam Cover 6 Nights berpotensi memutarbalikkan kebenaran.

Baca Juga:  Acara Sepak Bola Hari Ini

Jawa Pos Radar Madura; Ulang Tahun Ke 20 Kembali Santuni Anak Yatim

Berikut pemberitaan yang dilansir Sali Nawali: “Unjuk rasa damai ribuan mahasiswa asal Sumenep, Madura, Jawa Timur, menentang gedung DPRD berakhir dengan kekerasan. Mereka melempari polisi dengan batu, menghancurkan pot bunga karena ada yang menolak. mendaftar ke Polri, yang belum ditugasi, dan diganggu oleh Kapolres Sumenep. Kesimpulan yang salah dari kejadian di jalan itu mudah saja: pelajar tersebut dicegah untuk didaftarkan oleh polisi, kemudian teman-temannya melakukan protes, dan pelapor anti huru hara dengan percaya diri berbicara dan mempermainkan kata-katanya ketika sampai di lokasi kejadian. Dia tampak yakin dengan apa yang dia baca. – Di tahun Mereka secara resmi diakui pada 24 Juli. Pada tanggal 18 Juni, Madrasah Aliyah 2 Anukayah melapor ke polisi untuk menjelaskan status ijazahnya – bahwa MA 2 Anukayah mengikuti sistem pendidikan nasional di bawah Kementerian Agama RI, dll. Pada 21 Juni, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep mendatangi Polres Sumenep untuk menjelaskan hal serupa. Namun polisi menegaskan keputusan mereka berdasarkan instruksi Polda Jatim. Pada tanggal 5 Juli, Anukayah dan LKP2M mengunjungi DPRD Sumenep untuk menjelaskan situasi masalah ini dan meminta DPRD Sumenep mengatur pertemuan dengan Kapolres Sumenep, Dinas Pendidikan Sumenep, Kantor Urusan Agama Sumenep dan Pemerintah Kabupaten Sumenep. Pendidikan. Dewan. Dalam kesempatan itu, Anukayah membuat laporan yang dikirimkan ke Polres Sumenep. Pada 16 Juli, Wakapolres Sumenep dan pengawalnya bertemu dengan wali Anukayah. Bagi MA 2 Annuqayah dan Dewan Pendidikan Kabupaten Sumenep mengusung alasan serupa dengan alasan yang diberikan. Perbedaannya kali ini dikonfirmasi melalui surat dari Polda Jatim. Rentetan kejadian ini, menurut saya, sebagai pemimpin Annuqayah, menunjukkan kegigihan polisi dan organisasi untuk mengubah pandangan terhadap solusi masalah ini, yang jelas salah. Semua kejadian tersebut tersebar melalui berbagai media lokal, termasuk di jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter. Dengan kata lain, masyarakat yang bisa memahami rangkaian kejadian dengan pikiran jujur ​​juga akan menyaksikan perilaku keras kepala polisi dan lembaga. Proses panjang ini hilang dalam laporan SCTV. Saya memahami bahwa ada batasan waktu pada rilis berita ini. Namun menghilangkan fakta penting dan signifikan berpotensi memutarbalikkan fakta yang disajikan. Saya rasa itulah yang terjadi juga. Laporan media lokal juga tidak berdasar. Di tahun Pada edisi 6 Juli 2012, keesokan harinya Anukayah dan LKP2M mengunjungi DPRD Sumenep, harian Radar Madura dan Kabar Madura memuat berita pertemuan tersebut. Namun sayangnya, kabar tersebut memiliki kebenaran yang tidak masuk akal.

Baca Juga:  Jadwal Bola Hari Ini Di Tv Sctv

Terbit pertama kali pada 27 Juli 1999, Radar Madura memuat berita tersebut di laman “Radar Sumenep” dengan judul “Aya Azhari Ngadu Masuk Dewan”. Topik ini jelas tidak berdasar. Yang ikut serta di DPRD Sumenep adalah kelompok Anukayah dan pengurus LKP2M. Ayah Azari tidak ada di sana. Dalam pemberitaan tersebut dijelaskan ayah Azhari datang ke DPRD Sumenep didampingi salah satu pimpinan MA2 Anukayah. Waktu kedatangannya salah. Di situ tertulis pukul 13.00 WIB. Memang, 40 menit sebelum waktu yang dijadwalkan, rapat di Gedung DPRD Sumenep pun berakhir. Dalam pemberitaan itu juga tak disebutkan juru bicara Anukayah, K. Moh, dalam pertemuan tersebut. Naqib Hasan. Dugaan saya: Tampaknya wartawan Radar Madura tidak mendapat informasi apapun tentang kejadian ini dari sumber pertama atau dari lapangan. Namun dia dengan percaya diri menulis dan menyebarkan cerita-cerita tersebut. Kabar Madura memuat berita rapat di DPRD Sumenep pada 5 Juli di halaman depan keesokan harinya. Kalimat pertama dari judul berita “Permintaan maaf kepada pengadilan setempat” langsung mengandung kebenaran yang salah. Berikut keterangannya: “Pegawai Pondok Pesantren Anukayah Guluk-Gulk (Pohnpes) Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LKP2M) Sumenep menuntut permintaan maaf dari Polres Sumenep.”

Kesalahan sebenarnya dalam kalimat tersebut adalah ketika penulis memasukkan LKP2M ke dalam Anukayah. Tentu saja LKP2M merupakan tempat di luar Anukayah. Dalam pemberitaan lain dengan nama lain di halaman yang sama, Kabar Madura yang terbit pertama kali pada 1 Juni 2012 juga terdapat kesalahan dalam menyebut Fraksi Anukayah yang bergabung di DPRD Sumenep. Konon ketua MA 1 Putri Anukayah ada di sana. Faktanya, Ketua MA1 Anukayah Putri tidak terlibat sama sekali dalam menangani kasus ini dari awal hingga akhir. Bukankah pernyataan tersebut berdasarkan fakta kasus Diploma Madrasah Alia 2 Anukayah? Saya tidak bisa memberikan jawaban yang tegas dan ilmiah. Diperlukan investigasi menyeluruh. Namun setahu saya, fakta ini masih menjadi persoalan besar bagi pers lokal di Madurai. Pada 5 Mei 2012 misalnya, Radar Madura melaporkan adanya perampokan di Ketapang, Sampang. Korbannya adalah seorang janda kaya. Namun ada beberapa faktor penting yang salah, yakni usia korban dan foto korban. Dalam artikel yang terbit keesokan harinya, Radar Madura mengeluarkan koreksi. Radar Madura edisi 5 Mei dan 6 Mei. Bandingkan gambar yang salah dan gambar yang benar.

Baca Juga:  Barca Vs Real Madrid 2016

Saya khawatir media nasional dan lokal tampaknya tidak mengikuti kebenaran yang mereka junjung sebagai prinsip jurnalistik yang penting. Saya teringat tulisan Andreas Harsono dalam buku pendampingnya, Jurnalisme Sastra: Liputan yang Mendalam dan Menarik (KPG, 2008), yang diklaim membawa sikap analitis yang sebenarnya sejak The New Yorker terbit tahun 1925. Itu untuk melihat pekerjaan. Kebenaran hal-hal yang diangkat dalam setiap artikel. Apakah ini masih bagus untuk media di Indonesia? Menurut saya, tatanan yang benar tidak mungkin. Jika media tidak mau jujur ​​terhadap kebenarannya, dampaknya bisa bertahan lama. Bahkan bisa membunuh. Kata-kata yang salah menimbulkan pikiran dan tindakan yang salah. Tujuan akhir jurnalisme, seperti yang ditulis Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam The Elements of Journalism, sulit bahkan mustahil dicapai jika tujuan tersebut dibangun untuk “menyediakan informasi yang dibutuhkan masyarakat agar bebas dan memiliki pemerintahan sendiri.” Berdasarkan hal yang salah. Pertanyaan selanjutnya adalah: apakah kita benar-benar peduli? Adakah yang bisa kami lakukan? B

Sma Negeri 1 Bangkalan

Berita radar madura sampang hari ini, radar madura sampang hari ini, berita radar madura sumenep hari ini, radar madura sumenep hari ini, radar madura bangkalan hari ini, kabar hari ini radar madura, radar madura pamekasan hari ini, berita hari ini radar madura, radar madura hari ini, berita radar majalengka hari ini, berita radar gresik hari ini, berita radar madura pamekasan

Tinggalkan Balasan